Selasa, 24 Maret 2015

Kisah Desa Cinta Tempat Nikah 'Pria Iseng' di Subang


Suasana dan kondisi desa 'Cinta' ini sudah terkenal sebagai sebuah kampung yang sebagian wanitanya biasa menerima pria 'iseng' dari luar daerah. Di desa ini beberapa rumah warga banyak dijadikan ‘tempat menikah siri’.

Ada sebuah rumah yang lokasinya berada dekat dengan sepotong hutan di ujung desa. Akses jalan menuju rumah ini perlu melewati pemu****n padat, lalu jalan becek yang kiri-kanannya hutan. Kemudian rumahnya ada di ujung jalan yang langsung berbatasan dengan hutan.

Mang (37) (bukan nama sebenarnya), sang pemilik rumah yang sedang menghaluskan beberapa potong kayu. Mang memiliki sebuah rumah yang terdiri dari 2 paviliun. Paviliun utama berlantai dua, tempat tinggal Mang dan keluarganya. Paviliun kedua adalah tempat tamu dari luar daerah yang datang. Tadinya Mang tinggal di paviliun kedua, tapi beberapa tahun lalu ia mulai membangun satu paviliun lagi yang jadi tempat tinggal keluarganya kini.


Di paviliun ini merupakan sebuah tempat untuk menjamu pria 'iseng' itu terdapat tiga kamar, dua kamar mandi, dan dua ruang tamu. Terlihat juga soundsystem besar untuk memutar lagu. Di setiap kamar hanya ada kipas angin rusak, tempat tidur reot, dan pintu kamar yang dikunci dengan besi panjang bengkok.

Dari dalam terlihat dua orang perempuan berparas cantik khas 'desa' keluar. Perempuan muda itu berusia 16 tahun dan 21 tahun (sebut saja melati dan bunga). Melati adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Subang. Beberapa saat kemudian Mang mulai menyuguhkan minuman dan makanan.

Selanjutnya obrolan dimulai mulai sambil minum dan merokok. Lalu bagian depan rumah mendadak ramai oleh lelaki.


Dilihat dari wajahnya salah satu wanita ini baru setahun terlibat dalam dunia malam. Sementara yang satunya (bunga) mengaku hanya sesekali saja menerima tamu. Itu dilakukan kalau ia sedang butuh duit.

Beberapa daerah dan Desa di Subang, Jawa Barat menjadi incaran para pria iseng. Miris bila dibaca kisah desa 'cinta' yang terletak di Subang ini. Meski jaraknya cukup jauh dari Jakarta, para pejabat kelas bawah sampai atas bisa memiliki istri dan anak dengan biaya murah. Lalu mereka bisa ditinggal kapan saja apabila sudah bosan.

Praktik gadis penghibur rumahan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, sulit dibendung.

Dalam kondisi kemiskinan yang masih menghantui sebagian masyarakatnya, perempuan di pedesaan Subang banyak yang terpaksa terjun ke lembah hitam. Bahkan, ada anak remaja yang oleh kakaknya "ditukar" dengan sebuah sepeda motor.

Terhimpit kemiskinan, membuat banyak keluarga di sebuah desa di Kabupaten Subang, Jawa Barat, merelakan buah hatinya menjadi pekerja seks komersial (PSK).

Para orangtua di kampung tersebut, rela menjadikan anak gadisnya yang seharusnya duduk di bangku sekolah menjadi PSK.

Bahkan, ada pula gadis yang melakoni pekerjaan tersebut atas izin orangtuanya sejak bersekolah di SMP. Tragisnya, keperawanan mereka hanya dihargai satu unit sepeda motor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar