Selasa, 24 Maret 2015

Dikampung ini Pelaku Prostitusi Berusia ABG dan Direstui Orang Tua

Sebuah kampung "S" yang terletak di kota Subang Jawa Barat, memang sangat dikenal sebagai tempat prostitusi terselubung. Di kawasan itu memang terdapat perempuan penghibur yang menyebar di beberapa desa. Paling banyak, berada di Desa P. Di sana, bisnis perempuan penghibur rumahan begitu terlihat jelas. Perempuan-perempuan itu bisa dengan mudah ditemui di rumah mereka. Yang mengejutkan, praktik perempuan penghibur di kampung itu diketahui keluarga, bahkan mendapat restu.


Seperti pedesaaan pada umumnya, kawasan prostitusi tak bakal tercium. Namun, praktek kotor itu seolah sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Gilanya lagi, aksi penjualan anak perempuan dibawah 20 tahun pun kerap terjadi dengan sepengetahuan keluarga, termasuk orang tua.
Mengencani para wanita pun tak terlalu sulit. Pasalnya, warga umumnya tahu mana pendatang yang membutuhkan kesenangan sesaat itu.


Warga tampaknya tidak ambil pusing dengan praktek prostitusi yang berlangsung diwilayah tempat tinggalnya. Bahkan, kesan yang tertangkap justru mereka bangga didatangi oleh pendatang yang berasal dari kota, khususnya kota Jakarta.

Rata-rata pelaku praktek prostitusi itu berusia sanga belia (ABG). Mereka terlihat seperti terbiasa menjalani praktek tersebut. Bahkan Para Orang tua mereka sepertinya telah merestui apa yang telah dikerjakan anaknya.

Bagi masyarakat setempat, hal itu bukan lagi tabu. “Keluarga mereka merestui bahkan mendukung anaknya bekerja seperti itu. Masyarakat pun cuek karena sudah lama kegiatan itu berlangsung di sini,” kata MU seorang mucikari di desa tersebut.

Pengunjung yang datang biasanya akan dipandu oleh sang mucikari ke rumah-rumah 'perempuan rumahan'. Salah satu lokasinya berada di sebuah dusun yang lokasinya agak tersembunyi. Di sana, terdapat hampir 30 rumah yang para gadisnya bisa melayani para 'tamu' yang haus akan kepuasan syahwat.

Menurut warga setempat, kampung ini marak menjadi tempat prostitusi terselubung sejak tahun 1970-an dan berlangsung hingga sekarang. Pendatang yang biasa memesan pekerja seks di kampung ini pun mengaku merasa aman .



Quote:
Bahkan tak jarang para wanita belia pemuas nafsu ini masih bersekolah. Biasanya para wanita ini beralih 'profesi' ketika pagi hari. Ketika pagi hari mereka bersekolah, namun ketika malam hari mereka kembali menjajakan diri sebagai pemuas nafsu pria hidung belang. Semuanya itu mereka lakukan karena kebutuhan ekonomi keluarga, dan tergiur iming-iming teman pergaulan
Tarif yang diberikan oleh para wanita pemuas nafsu ini pun tergolong sangat murah antara Rp300,000-Rp500,000 sekali kencan.

Yang membedakan dengan dunia malam lainnya, di tempat itu mereka cenderung fleksibel dan tidak begitu terburu-buru dikejar waktu. Pengunjung bisa mengajak gadis-gadis itu bersantai selama beberapa jam, tanpa dikenai tarif tambahan

Foto hanya Ilustrasi
Reply With Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar